![]() |
Gambar : Almaghfurlah Kiyai Haji Noer Alie |
Almaghfurlah Kiyai Haji Noer Alie adalah Seorang Ulama Besar Sekaligus Pahlawan Nasional
asal Bekasi, Jawa Barat. Ia lahir di Kampung Ujung Malang, Desa Ujung Harapan
(Kini Kelurahan Bahagia) Bekasi pada tanggal 15 Juli 1914. Ia adalah Seorang
Pejuang yang sangat disegani oleh para penjajah pada masanya sehingga mendapat
julukan Singa Karawang-Bekasi.
Selain terkenal dengan Sebutan Singa Karawang-Bekasi, Ia pun dijuluki
sebagai “Si Belut Putih Bekasi”. Diketahui bahwa julukan itu didapat karena ia
sangat sulit ditangkap oleh Belanda, dalam beberapa kisah, diceritakan bahwa ia
selalu berhasil lolos dalam penyergapan dengan taktik dan strateginya yang luarbiasa.
Beliau dikukuhkan menjadi
Pahlawan Nasional pada 3 November 2006 melalui Keppres No. 85/TK/2006.
KH Noer Alie lahir pada 1914
di Desa Ujung harapan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat. Ujung harapan Bahagia merupakan nama baru yang diusulkan Menteri Luar
Negeri Adam malik ketika berkunjung ke pesantren Attaqwa pada 1970-an. Saat
Noer Ali lahir, Ujung harapan Bahagia masih bernama Desa Ujung malang, Onder
distrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap (Kabupaten) Meester Cornelis,
Residensi Batavia.
Perjalanan Kyai Haji Noer Alie :
·
1937 – 1940 : Ketua Persatuan Muslimin Jakarta di Makkatul Mukarromah
·
1940 – 1945 : Guru Kepala Agama Pesantren Ujung Malang
·
1945 – 1946 : Anggota KNI Kabupaten Jatinegara
·
1945 – 1946 : Ketua KNI Ujung
Malang
·
1946 – ? : Ketua Umum MPHS (Markas Pusat Hizbullah Sabilillah)
Daerah Jakarta Raya
·
1946 – ? : Ketua Umum Partai Masyumi Cabang Bekasi
·
1947 – 1950 : Koordinator Bupati Jatinegara
·
1949 – ? : Ketua Umum Lembaga Pendidikan Islam (LPI) di Jakarta
·
1950 – 1956 : Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi
·
1954 – ? : Ketua Badan Permusyawaratan 'Alim Ulama di Jakarta
·
1954 – ? : Wakil Ketua I Partai Masyumi Jawa Barat
·
1954 – ? : Anggota Majelis Syuro Partai Masyumi pusat
·
1956 – Maret 1957 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan Kabupaten Bekasi
·
13 Mei 1957 – 5 Juli 1959 : Anggota Konstituante Republik Indonesia (menggantikan Sjafruddin
Prawiranegara)
Masa Kecil Kyai
Kiai Haji Noer Alie adalah putera dari Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin. Noer Alie anak yang keempat dari sepuluh saudara. Kakaknya bernama H Thoyib, Hh Arfah, dan Hh Ma’anih. Adiknya Hh Marhamah, H Marzuki, KH Muhyidin, Mujtaba, dan Hh Hasanah.
Semangat belajar ditunjukkan Noer Alie sejak masa
kanak-kanak. Pada usia di bawah lima tahun Noer Alie mulai menangkap dan
mengenal huruf Arab serta menghafal Al-Qur’an yang diajarkan orangtua dan
kakaknya.
Ketika berusia 7 tahun Noer Alie
mengaji pada Guru Maksum di Kampug Ujungmalang Bulak, sedangkan kakak dan adik
perempuannya mengaji pada Ustazah Saonah, juga di Kampung Bulak. Noer Alie yang
sudah terbiasa diajarkan mengaji oleh orang tua dan kakaknya, tidak merasa
kesulitan dalam mencerna pelajaran yang diberikan gurunya.
Pada usia 9 tahun Noer Alie mengaji pada Guru
Mughni di Ujung malang. Disini Noer Alie mendapat pelajaran lanjutan dari ilmu
dasar yang diberikan Guru Maksum, serta pelajaran alfiah atau tata bahasa Arab,
Al-Qur-an, tajwid, nahwu, tauhid, dan fiqih.
Noer Alie termasuk murid yang pandai, cerdas,
dan tekun. Semua mata pelajaran dikuasai dengan baik. Noer Alie kecil juga dinilai keluarganya sebagai
anak rajin dan berbakti kepada kedua orangtua.
Satu kelebihan Noer Alie sudah tampak sejak
kecil yang kelak akan mempengaruhi kepemimpinannya, yaitu jika bermain dia
tidak mau tampil di belakang atau sebagai pengiring. Ia selalu ingin tampil di
muka sebagai orang yang pertama, memimpin.
Perjuangan Kyai
Pada tahun 1934, ia menunaikan ibadah haji dan
memperdalam ilmu agama di Mekkah dan selama 6 tahun bermukim disana (1934-1940)
ia aktif berorganisasi. Setibanya di Tanah Air, Noer Alie membuat
gebrakan dengan mendirikan madrasah dan mendirikan pesantren di Ujung malang.
Saat Rapat Ikada digelar pada pada 19 September
1945 di Monas, Noer Alie datang dengan mengendarai delman. Pada bulan November
1945, KH Noer Alie membentuk Laskar Rakyat. Mereka dilatih mental oleh KH Noer
Alie dan secara fisik dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara, latihan kemiliteran tersebut dilakukan di
Teluk Pucung-Bekasi.
“Pada tanggal 29 November 1945, terjadi pertempuran antara pasukan KH Noer Alie dengan Sekutu – Inggris di Pondok Ungu. Pasukan rakyat KH Noer Alie mendesak pasukan Sekutu dengan serangan mendadak. Melihat kondisi pasukannya yang kocar-kacir, KH Noer Alie memerintahkan untuk mundur. Pembantaian yang terkenal dalam laporan De Exceseen Nota Belanda itu, di satu sisi mengakibatkan terbunuhnya rakyat, namun disisi lain para petinggi Belanda dan Indonesia tersadar bahwa di sekitar Karawang, Cikampek, Bekasi danJakarta masih ada kekuatan Indonesia. “
KH Noer Alie diminta untuk
melakukan perlawanan secara bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan
nama TNI. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas
Kustaryo yang memang bergerilya disana. Di situlah K.H. Noer Ali digelari
“Singa Karawang-Bekasi”.
Ketika perlawanan bersenjata mulai mereda, pada
1949 KH Noer Alie memilih berjuang di lapangan sipil. Ia diminta membantu Muhammad Natsir sebagai anggota delegasi Republik Indonesia
Serikat di Indonesia dalam konfrensi Indonesia– Belanda.
Namun jabatan pemerintahan yang seharusnya
dimulai pada 15 Januari 1948 tidak berlangsung lama, karena pada 17 Januari
1948 terjadi Perjanjian Renville yang mengharuskan tentara Indonesia di Jawa
Barat hijrah ke Jawa Tengah dan Banten. KH Noer Alie memilih hijrah ke Banten
dengan membawa 100 orang pasukan dari Kompi Syukur.
Pada 17 Januari 1950, Panitia Amanat Rakyat
menghimpun sekitar 25.000 rakyat Bekasi dan Cikarang di Alun – Alun Bekasi. Dan
KH Noer Alie bersama Lukas Kustaryo menuntut agar nama kabupaten Jatinegara
diubah menjadi Kabupaten Bekasi.
Kiai Haji Noer Alie meninggal di Bekasi, Jawa
Barat pada tahun 1992. Beliau dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional pada 3
November 2006 melalui Keppres No. 85/TK/2006.
Terimakasih
Kepada Banyak Sumber yang telah menjelaskan dengan detail mengenai perjalanan
Kyai Haji Noer Alie, cerita singkat diatas adalah kutipan-kutipan dari banyak
sumber cerita.
Alpiansyah Psd